Kepribadian, what?
Tidka semua orang memiliki kepribadian dan tidak semua kepribadian patut untuk dicontoh. Kepribadian menurutku bisa dibentuk berdasarkan lingkungan kita tumbuh dan berkembang. Umurku sudah 29 tahun, one step closer to 30 dan aku masih mencari kepribadian macam apa yang aku punya sekarang. Sebagai perempuan dengan usia yang sudah dianggap matang oleh masyarakat, aku sendiri masih menganggap bahwa aku masih sangat tidak dewasa dalam menjalani hidupku. belum mandiri secara finansial, belum mampu mebuat keputusan besar untuk melangkah lebih jauh dari langkahku yang sekarang, dan terlalu takut dengan segala kenyataan pahit yang belum pernah aku bayangkan.
Tumbuh besar di rumah yang penuh teriakan, amarah, kegelisahan, dan berbagai lika-liku ekonomi keluarga, aku si anak tengah ini berkembang sebagai anak yang observatif untuk lingkunganku sendiri. Aku terbiasa memperhatikan hidup orang-orang tanpa memperhatikan hidupku sendiri.
Aku yang tumbuh dengan sehat harus mengalah untuk kakakku yang saki-sakitan dulunya, pertengkaran kecil anak-anak tak bisa banyak aku lakukan karena kakakku yang tidak mau mengalah dan aku yang tidak bisa memaksakan kehendakku. Sebab, jika iya banyak menangis, maka asmanya akan kambuh sehingga, aku lagi yang akan dimarahi oleh orangtuaku. Lalu, aku yang masih berumur 3 tahun sudah harus menjadi kakak dari seorang bayi laki-laki yang diharapkan oleh kedua orangtuaku. Anak laki-laki yang didamba mama, diasuh dan dimanja dengan menumbuhkan bibit patriarki dalam tubuh anaknya. Adikku, yang laki-laki itu, tidak pernah diwajarkan untuk melakukan kegiatan bersih-bersih rumah yang selalu dianggap pekerjaan perempuan itu. Lalu, aku yang anak tengah ini harus mengalah (lagi) dengan adik laki-laki yang mendapat privilase untuk tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Aku, sebagai kakak harus mengalah kepada adikku dengan melakukan banyak hal yang "seharusnya" dilakukan oleh seorang kakak yang bahkan belum aku rasakan karena, ya aku harus mengalah kepada kakakku.
Posisiku sebagai anak tengah perempuan yang tidak secantik kakakku, kemudian memiliki seorang adik bungsu perempuan, yang lagi-lagi harus aku asuh karena kakakku yang mulai sibuk dengan sekolahnya, orangtuaku yang sibuk mencari uang, sedang aku hanya bermain di rumah sebagai seorang anak dengan kegiatan sekolah yang minim. Ketika asik bungsuku mulai berumur 1 tahun, kakakku baru saja menjadi murid SMA sibuk yang tidak bisa ikut mengurusi adikku. Aku terbiasa mengalah dengan keadaan yang menjepitku.
Suaraku sebagai anak kedua tidak pernah mencapai ke permukaan karena hanya dianggap opini aneh, Aku si anak tengah ini berakhir dengan tumbuh sebagai anak aneh yang sulit bersosialisai, cengeng, jelek, insecure dan pemarah. Oh let me fix this, people said Ia'm pretty but Mataku juling, who likes a pretty woman with a couple cross-eye? aku sangat insekyur dengan segala hal yang ada di diriku, tidak sempurna. MANA ADA YANG SEMPURNA DI DUNIA INI! Ya tahu, tapi aku dibesarkan untuk mencapai kesempurnaan dengan cercaan yang kuterima, lalu ketika aku besar aku dipaksa untuk menerima bahwa tidak ada yang sempurna? How? Segala yang aku terima dan pelajari ketika kecil ternyata tidak sesuai dengan keadaan dan aku harus dengan segera terbiasa dengan semua ini? How the fuck?
Aku dibesarkan dengan berbagai teriakan dan pukulan di setiap inci tubuhku, lalu aku dipaksa untuk menjadi orang yang ramah, lembut dan mengayomi? Mereka selalu mengataiku sebagai pemarah dan kasar. Bagaimana bisa seorang yang selalu dimarahi dan dipukuli malah menjadi anak yang lemah lembut, ramah dan penyayang?I'm not even felt loved when I was child, how could I do the things I've never get?
Oh this world is so funny yet confusing sunce every single thing I've learn is actualy the opposite of what people what to bbe treated? Gosh I hate my life like so bad. How to love my life? please enlighten me.

